[Review Marathon] Wedding Rush by Jenny Thalia Faurine

WeddingRush

Judul: Wedding Rush

Penulis: Jenny Thalia Faurine

Penerbit: Elex Media

Genre: Novel Indonesia, Le Mariage, Dewasa Muda, romance, drama

Terbit: April 2015

Tebal: 328 halaman

Harga normal: Rp59.800,00

Bintang: 3 dari 5

Mungkin, salah satu dilema dalam hidup adalah ketika kita harus menyaksikan orang yang kita sayangi berbahagia… tetapi tidak bersama kita. Harapan yang sepertinya klise, bahwa apa pun yang terjadi, asal dia bahagia, maka kita pun berbahagia. Namun, kerap kali harapan klise itu tidak terwujud, karena hati tidak bisa dipaksa bahagia, ketika senyumnya bukan untuk kita, ketika cintanya tidak diberi pada kita. Padma harus merasakannya. Ia diam-diam melihat Rajata–sahabat yang dicintainya–berbahagia bersama Resita, sahabatnya yang lain. Padma harus menyembuhkan lukanya sendiri, karena ia tak bisa memaksa diri untuk turut berbahagia. Dan di saat ia merasa sendirian dalam menyembuhkan luka itu, Daka mengingatkan lagi akan keberadaannya. Daka, sahabatnya yang lain lagi. Berempat–Padma, Daka, Rajata, Resita–dulu adalah sekawan yang tak terpisahkan sejak kuliah. Namun, cinta dalam persahabatan adalah layaknya racun yang perlahan membunuh persahabatan itu, jika tidak benar-benar dua pihak yang sama yang meresponinya.

Dalam usahanya menyendiri dari para sahabat, usahanya menyembuhkan luka atas cinta bertepuk sebelah tangan, Padma jauh-jauh melarikan diri ke Jerman. Padahal di Indonesia Padma dikenal sebagai aktris teater terkenal, karier keartisannya pun bagus. Makanya ketika ia menghilang, banyak media mencarinya. Pun saat ia muncul kembali di Indonesia, media menyambutnya. Kemunculan Padma di tengah resepsi pernikahan Rajata dan Resita menjadi twist yang menarik di pembuka cerita Wedding Rush. Hingga kemudian digulirkanlah kisah persahabatan itu. Daka-Padma-Rajata-Resita. Persahabatan yang diawali dari masa-masa pertama kuliah, terus berlanjut hingga dunia kerja. Dan selayaknya cerita persahabatan pria-perempuan, masalah yang muncul adalah timbulnya cinta di antara mereka.

Tema besar Wedding Rush memang bisa dibilang tidak istimewa–tentang persahabatan yang bergulir menjadi cinta. Namun sebenarnya yang sempat saya pertanyakan adalah label Le Mariage yang disematkan di novel ini. Ini adalah kali kedua saya membaca label tentang pernikahan dari Penerbit Elex Media ini. Yang pertama adalah Not A Perfect Wedding, yang bagi saya tepat-tepat saja karena benar-benar menceritakan mulai dari proses pernikahan berlangsung sampai kehidupan rumah tangganya. Tapi, saat membaca Wedding Rush saya mulai bertanya-tanya, karena meski ada adegan pernikahan di pembuka cerita, tetapi selanjutnya yang banyak mengambil alih adalah kehidupan sehari-hari antara Daka dan Padma yang masih sama-sama lajang. Rupanya, konteks pernikahan di sini adalah saat mereka berdua mulai ditodong untuk menyusul pasangan Rajata-Resita, juga persiapan pernikahan di antara Padma dan Riko.

Saya pun sempat mempertanyakan keputusan Padma untuk menerima lamaran Riko, karena sebenarnya dia belum mencintai pria itu. Dan Daka, ah… seharusnya saya bisa berada di pihak pria ini, andai saja penulis memberi porsi lebih untuk saya dapat mengenalnya lebih dalam. Jujur saja, Daka berperan sangat baik sebagai sahabat yang selalu melindungi Padma. Kelewat baik dan kelewat samar juga, karena saya hampir tidak dapat membaca gelagat perasaan dari Daka ke Padma. Ya, selayaknya pepatah “you never knew what you’ve got til its gone”, Daka baru kebat-kebit dengan perasaannya sendiri ketika hari pernikahan Padma dengan Riko semakin mendekat. Dan ketika Daka menyadari perasaannya, bukannya sudah terlalu terlambat untuk menyatakannya dan membuat Padma berpaling kepadanya?

Kalian dapat menemukan jawabannya di novel ini. Bagi saya, daya tarik novel ini ada pada gaya penceritaan Jenny yang sederhana sekaligus membuat penasaran. Kalimat-kalimat tepat sasaran diselipkan dalam dialog yang natural. Karakter antar-tokoh pun digambarkan merata kuatnya–sampai-sampai saya tidak tahu harus memiliih siapa sebagai tokoh favorit. 😀 Masukan saya bagi novel ini adalah… terlalu tebal. Bagi saya, bukan jumlah halaman yang berpengaruh apakah novel itu enak dibaca, melainkan isinya, alurnya. Dan untuk Wedding Rush, seharusnya Jenny bisa lebih meringkas porsi alur tentang keseharian yang tidak terlalu penting. Ya kan nggak sampai harus dirunut tiap hari ngapain aja para tokoh itu, hehe.

Secara keseluruhan, 3 bintang untuk novel ini dan saya tetap merekomendasikan novel ini untuk kalian baca! Mau novel ini gratis langsung dari penulisnya? Simak dulu wawancaraku dengan Jenny:

Dinoy:

Hai, Jenny! Terima kasih banyak ya atas bingkisan novel dan gelang cantiknya! Nah untuk Wedding Rush, mau tanya dong: siapa sih pembaca paling pertama naskah Wedding Rush ini dan apa komentarnya mengenai konflik di antara Daka dan Padma?

Jenny:

Ingatanku suka terhapus gitu kalau udah tidur, tapi kok ingatan tentang masa lalu nggak hilang juga, ya? #eh Oke, untung aku masih ingat siapa yang jadi pembaca pertamanya. Hehehe. Yang baca pertama itu, namanya Devi. Teman sekampus, teman bolos dari mata kuliah dosen paling-killer-sefakultas. #halah Komentar dia tentang Daka-Padma cuma satu sih: SAHABAT MACAM APA INI?!!!!

Hahaha! Terima kasih jawabannya, Jenny! Kalau saya jadi Devi, terus terang saya pun menanyakan hal yang sama. Sahabat macam apa sih yang kelewat akrab, bahkan dalam masalah kontak fisik, tapi seolah-olah saling nggak punya perasaan spesial? Tapi sepertinya Jenny memang sengaja membuatnya begitu, yaa! ^^

Wedding Rush Banner

Nah, buat teman-teman yang ingin dapat novel ini gratis, resensi ini adalah bagian dari review marathon Wedding Rush di beberapa blog. Berikut daftar blog yang sudah membuat resensi sebelum saya:

Glasses and Tea

Buku Famu Famu

Kumpulan Sinopsis Buku

The Cute Geek

Ky’s Book Journal

Nah, besok adalah resensi terakhir dari blog berikut:

Books Over All

Harap menyimak semua resensi yang ada, karena setelah semua resensi lengkap, giveaway akan diadakan di blog sang penulis sendiri:

Jenny Thalia Faurine

Jangan sampai ketinggalan, ya, karena Jenny sudah menyiapkan hadiah menarik untuk kalian! 😉

16 thoughts on “[Review Marathon] Wedding Rush by Jenny Thalia Faurine

  1. Tuh kan, ternyata bukan aku sendirian yang berpikiran demikian. Kak Dini pun berpendapat seperti itu. Pas baca review di blog pertama, aku langsung mikir deh, “pengental pernikahannya ada di mana ya? Kok bisa masuk di seri Le Mariage?” 😀

  2. Pingback: [Giveaway] Review Marathon “Wedding Rush” | Jenny Thalia Faurine

  3. Aku bingung deh sama padma, kenapa dia nerima riko secepat itu. Padahal dia belum mencintai riko. Si daka juga menyadari perasaannya telat sih. *kok gue yg nyolot* # plak xD

  4. Padma kaya dikejar deadline nikah deh kesannya, kalo memang blm terlalu klop sama si riko ini knpa mesti buru2 ngambil keputusan buat nerima lamarannya yak? Duuhh suka gapaham sama cerita fiksi wkwk

  5. Penasaran banget sama karya nya kak Jenny >.< melihat jawaban-jawaban kak Jenny di setiap blog, kayanya orangnya santai dan humoris ya ^^ ga kebayang deh cara kak Jenny bercerita itu kaya gimana. Dan setuju sama mbak dinoy, buku Le Mariage yang satu ini berbeda dari yang lainnya. Ga cuma mempermasalahkan pernikahan doang ya ^^ fix! Penasaran banget sama buku ini😍😁

  6. Nice review. 😀 dan wawancara sama Kak Jennynya juga lucu (?)
    Kalo dari review ini yang aku tangkap karakter Daka itu ‘munafik’ ya? Dia pura2 nggak suka Padma padahal baper dg kedekatan mereka? Ya, nggak? Hehe. Maaf kalo soktau, abisnya penasaran… 😀

  7. Nama : sabila rahmah azzahra
    Domisili : prabumulih, palembang, sumatera selatan
    email : sabilarahmah1@gmail.com

    Jawaban : aku ngeliat postingan ini dari twitter kakak, setelah baca sinopsisnya aku tertarik banget sama novel kakak. pertanyaan kakak itu bikin nyesss, secara itu yang aku alamin sekarang. menurut aku ketika kita mencintai sahabat kita, yang ita lakukan cuma bisa menyembunyikan perasaan kita sendiri, secara kita udah sahabatan apalagi sahabatannya udah lama masa persahabatan kita harus hancur gara-gara cinta. Dan seandainya kita bisa mengubur perasaan kita mending kita kubur aja. walaupuun rasanya sakit insya allah bisa kok. jodoh itu nggak kemana, dan kalo memang menurut kita harus diperjuangin perjuangin aja. cinta nggak harus memiliki, cinta hadir jika kita merasa nyaman sama seseorang 🙂
    semoga aku bisa dapetin novel kakak, dan aku bisa jadi penulis kayak kakak amin O:)

  8. “Mungkin, salah satu dilema dalam hidup adalah ketika kita harus menyaksikan orang yang kita sayangi berbahagia… tetapi tidak bersama kita.”

    Kampret… baca itu serasa lagi nampar muka sendiri. Karena ini buku ceritanya mirip-mirip sama hidup gue, kayaknya wajib baca. Sekalian mengenang sakit hati (halah… sakit hati kok dikenang).

    Salut buat Jenny yang walaupun masih 19 tahun tapi bsia nulis cerita tentang pernikahan dengan sangat keren.

  9. SAHABAT MACAM APA INI ?

    Hmmm, Padma ma Daka diceritain pake kontak fisik yaa ? Hmmm, tapi ekspektasi aku sih endingnya Padma bakal Daka.. Bukannya aku PRO sama aliran sentuhan fisik padahal bukan pasangan, tapi apaa yaa ? Ahh sudahlah

  10. Saya juga sempat mempertanyakan hal ini : Novel ini berlabel Le Mariage, tapi dari review-review sebelumnya yang dibahas hanya tentang isu relationship, jatuh cinta kepada sahabat sendiri, friendzone dan tidak sekalipun membahas pernikahan itu sendiri. Bukankah novel ini berlabel Le Mariage? Namun, setelah membaca ulasan dari blog ini pertanyaan saya terjawab sudah. Jadi ternyata konteks pernikahan disini memang hanya saat Padma dan Riko mulai ditodong untuk menyusul pasangan Rajata-Resita, juga persiapan pernikahan mereka toh, disini saya mulai paham 🙂

  11. sinopsisnya paket lengkap kak!! Mmembuat orang penasaran sama jalan cerita selengkapnya ^^ tapi… karena comentnya megenai ketebalan buku, terlebih faktornya adalah karena adanya hal yang mestinya bisa untuk tidak dibahas secara detail. karena menurutku ketebalan juga merupakan faktor yang diutamakan. karena sebuah buku yang tebal dan tidak menarik atau berlebihan itu membuat pembaca jadi malas untuk membacanya.

Leave a comment