Judul: Dil3ma
Penulis: Mia Arsjad
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Metropop, Roman, Drama, Komedi
Terbit: Oktober 2009
Tebal: 336 Halaman
Cara dapat: Pinjam dari Kak Yuska
Harga normal: unknown
Nania, Lura, dan Mala; three broken ladies, tiga sahabat dengan ‘kerusakan’ masing-masing berkaitan dengan pasangan hidupnya. Atas nama cinta, Mala bertahan berhubungan dengan Mas Sis, bos di kantornya yang sebenarnya sudah berkeluarga; Nania tetap bergeming dengan Reva, pacar yang sering memanfaatkannya secara materi dan melontarkan kalimat-kalimat yang merendahkan harga dirinya; juga Lura yang sebenarnya sudah memiliki kekasih yang ideal seperti Robi, tetapi nggak berhenti bermain di belakang dengan tujuan “membalaskan sakit hati” ibunya, memberi pelajaran pada laki-laki hidung belang. Tiga wanita dengan permasalahan yang sepertinya sama, bersahabat dan saling berbagi. Namun hidup dengan segala caranya akhirnya memberikan masing-masing pelajaran yang tak terduga dan membuat mereka harus mengambil keputusan pelik dalam hidup mereka. Mereka dihadapkan pada suatu dilema untuk memutuskan.
Membaca Metropop ini, tak akan basa-basi, terus terang saja saya bilang melelahkan. Konflik yang sama diulang-ulang, serasa melihat pasangan yang berantem hal yang sama terus menerus dan pengin juga teriak di depan muka Nania: hei, kamu kok mau banget sih dibegoin terus sama Reva??! Hm, yeah, novel ini memang berkisah tentang tiga wanita yang bersahabat, tetapi tokoh sentral yang diceritakan (dan bercerita) adalah Nania. Hal ini sudah diawali dengan prolog dan bab satu di mana mengambil sudut pandang penceritaan orang pertama yaitu Nania yang bercerita. Nania juga yang mengenalkan kita dengan dua orang sahabatnya dan juga dirinya sendiri, serta masalah-masalah yang mereka hadapi. Permasalahan Nania dan Reva sepertinya yang paling sepele tetapi juga paling bikin geregetan. Masa ya, udah terang-terangan Reva bolak-balik memanfaatkannya secara materi dengan minta dibeliin ini-itu, utang uang yang nggak tahu kapan akan dilunasi, atau pura-pura lupa bawa dompet saat harus bayar makanan; tetapi Nania kok gampang banget memaafkannya. Belum lagi kebiasaan Reva yang emosional dan suka merendahkan Nania lewat kalimat-kalimatnya, misalnya mengatakan kalau Nania nggak menarik secara fisik dan seharusnya Nania bersyukur Reva sudah mau sama dia. Heuh, sama pacar sendiri kok gitu?
Mungkin, di luar sana memang ada pasangan yang seperti ini; sang pria yang sedemikian abusive-nya secara verbal, dan sang wanita yang begitu tidak percaya dirinya. Namun menurut saya kekurangan novel ini adalah Mia terlalu mengumbar hal-hal buruk yang bikin saya sebagai pembaca begah bacanya. Misalkan, sempat diceritakan dulu bagaimana Reva dan Nania sempat mengalami masa-masa manis, maksud saya lebih ditunjukkan ketimbang hanya disimpulkan, sepertinya akan lebih baik. Jadi ya Nania nggak kelihatan segitu begonya dengan masalah yang berulang tapi “nggak berani” bilang putus.
Beralih ke masalah Mala. Hm, kalau ini memang bisa dibilang Mala-nya kemakan cinta buta dan rayuan gombal si bos yang bilang mau bercerai dengan sang istri. Mala yang jatuh cinta dan terpesona dengan pesona Mas Sis, seperti nggak mau tahu kalau itu hanyalah akal bulus si bos, padahal pria itu dan sang istri juga masih baik-baik saja. Tapi toh, ada suatu masa pula akhirnya Mala benar-benar menyadarinya dan berani memutuskan sesuatu agar kehidupannya lebih baik.
Lalu, Lura. Saya juga nggak habis pikir sebenarnya dengan alasan Lura bermain-main dengan para pria yang menurutnya tak setia. Lura sepertinya memiliki dendam terhadap ayahnya yang entah ke mana nggak mau bertanggung jawab kepada ibunya saat hamil dirinya. Namun, Lura toh sudah memiliki kekasih yang setia, tak diceritakan pula pengalaman Lura disakiti pria, jadi semestinya tak perlu pula ia melakukan itu. Sampai suatu masa, Lura mengalami kejadian traumatis yang benar-benar membuatnya sadar. Kejadian yang, menurut saya sebenarnya kurang perlu. Padahal kemasan novel ini santai, banyak leluconnya pula, tapi dengan adegan Lura mengalami tindakan biadab dari pria yang pernah jadi “korban”nya, beberapa bab mengharuskannya menjadi kelam.
Beberapa hal yang membuat saya terganggu pula saat membaca novel ini adalah cara penulisannya yang terlalu kasual. Bahkan saat narasi, banyak penulisan yang terlalu santai dan terlau dibuat seperti omongan sehari-hari, misalnya ‘kalo, sampe, pake’. Padahal ini kan Metropop, ya, bukan Teenlit. 😦 Lalu, POV-nya. Seperti yang saya bilang di atas, POV 1 lah yang dipakai di awal bab. Namun, ketika tiba bab yang menggulirkan cerita atau kegiatan Mala dan Lura, saya dibuat bingung; apakah beralih jadi POV 3 atau masih POV 1 tapi sepertinya Nania sedang menceritakan ulang apa yang ia dengar dari kedua sahabatnya? Karena tak jarang adegan kegiatan Mala dan Lura akan disambung dengan setting mereka bertiga berkumpul untuk bercerita. Ah, tak tahulah. 🙂
Secara keseluruhan, saya nggak terlalu merekomendasikan novel ini untuk bacaan santai dan menyenangkan; konfliknya terlalu bikin capek dengan banyaknya adegan berantem dan bentak-bentakan. Ah, jangan lupakan tanda serunya yang suka boros. Huft. 😦
Star: 2 of 5
Note: diikutkan pada Indonesia Romance Reading Challenge 2014
Pingback: Joining Indonesian Romance Reading Challenge 2014 (!!) | Dinoy's Books Review
Wah, ternyata Mbak Dinoy udah baca Dil3ma, ya?
Oke, deh. Ini reviewku >> http://dianputu26.blogspot.com/2014/12/resensi-dil3ma-mencari-sebuah-ending.html