Mengulang Kenangan di Cologne [Love Lock by Pia Devina]

LoveLock

Judul: Love Lock

Penulis: Pia Devina

Penerbit: Gagas Media

Genre: Romance, Fiksi Perjalanan, Drama, Keluarga

Terbit: Mei 2014

Tebal: 298 Halaman

Cara dapat: buntelan dari penulis

Harga normal: Rp47.000,00

Melakukan perjalanan untuk mengulang kenangan. Berapa banyak dari kita yang pernah melakukannya? Dan di Cologne, Mario dan Rhinea melakukannya. Cologne adalah sebuah kota di Jerman dengan beberapa tempat dan bangunan historis yang memiliki makna berbeda bagi kedua orang ini. Bagi Rhinea, perjalanannya ke Jerman pada awalnya dilakukan untuk mengatasi patah hatinya. Namun ia sekaligus ingin mengulang masa bahagianya kala keluarganya masih utuh dan tinggal di sana. Bagi Mario perjalanannya adalah mengulang kenangan, meski sebenarnya ia hanyalah seorang perantara. Bukan baginya kenangan itu diputar kembali, melainkan bagi seseorang yang amat berarti dan sangat ia sayangi. Dan ketika dua tujuan ini berjalan beriringan, pada masa kini yang mendamba akan masa depan penuh dengan kebahagiaan, apakah semesta akan mengunci kenangan baru mereka dalam cinta? Lantas, kenapa tiba-tiba masa lalu menyeruak datang dan menjarakkan dua hati yang mulai merekat?

Dear, Pia, terima kasih ya untuk bingkisan bukunya. Ini adalah novel ketiga Pia yang saya baca setelah Menjagamu dan (Un)broken Wings. Dan harus saya katakan, novel terbaru ini memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dua novel sebelumnya. Terutama, pada kerapian alur. Pia masih senang memadukan masa lalu dan masa kini menjadi konflik pembentuk cerita. Namun, di Love Lock ini kronologisnya terasa jauh lebih rapi dan terjahit dengan baik. Mesin waktu tidak serta merta melempar-lempar pembaca seenaknya sehingga bingung. Saya suka cara Pia merunutkan alurnya sehingga membentuk pemahaman akan apa yang sedang dialami oleh Rhinea. Seorang perempuan yang sedang mengalami patah hati, dicampakkan oleh tunangan karena kedatangan seseorang dari masa lalu. Rhinea mencoba memulihkan sakit hatinya dengan melakukan perjalanan jauh. Dan untungnya, kali ini ia tidak sendirian. Ada Mario yang awalnya hanya diamanatkan oleh papanya Rhinea–yang adalah atasan Mario–untuk menemani putrinya, tetapi ternyata bisa menjadi teman jalan yang baik.

Berdua mereka mengunjungi Kolner Dom, mengelilingi Altstadt yang memiliki kastil serupa dongeng, memuaskan hasrat makan cokelat di Imhoff-Schokoladenmuseum (museum cokelat), juga Eau de Cologne Fragrance Museum. Berdua mereka mengamati sekitar mereka dan saling melempar komentar untuk ditanggapi. Interaksi mereka yang awalnya kaku dan canggung, perlahan mencair. Dan seperti yang saya bilang di atas, tujuan keduanya sebenarnya berbeda. Rhinea saat kecil hingga remaja pernah tinggal di Jerman bersama kedua orangtuanya–yang akhirnya bercerai tujuh tahun lalu–sehingga ia banyak mengulang masa-masa bahagia bertiga di beberapa tempat tadi. Sedangkan Mario, sebenarnya ia hanyalah perantara bagi orang lain yang ingin memutar kenangannya. Orang itu adalah Erika, mama tirinya yang telah meninggal. Mario menggenggam sebuah buku pesan yang ditinggalkan Erika baginya. Di sana, Erika menuliskan kisah masa lalunya di Cologne, cerita cinta yang ingin ia kenang kembali dengan meminta Mario mengunjungi kota itu.

Kecanggungan melumer menjadi kehangatan. Pelan-pelan, Mario dan Rhinea diam-diam saling mengagumi. Namun, belum sempat mereka membebaskan perasaan itu, masa lalu menyentak mereka hingga mereka mengambil langkah mundur dan memperlebar jarak. Mario dan Rhinea tidak tahu, bahwa keberadaan mereka saat ini terkait erat dengan kejadian-kejadian masa lalu yang melibatkan kedua orangtua mereka. Rasa sayang berubah menjadi bibit-bibit benci. Masa depan yang diharap dapat menghapus luka, justru memunculkan masalah baru. Lantas, apakah mereka berdua menyerah dengan masa lalu dan membiarkan diri mereka mengingkari rasa hati masing-masing?

Kesan saya setelah menamatkan novel ini hanya dalam dua hari, saya merasa bahwa novel ini adalah sebuah novel yang tenang. Hal yang saya dapatkan di sini adalah, seburuk apa pun tindakan kita di masa kini, pada akhirnya akan menjadi sebuah masa lalu dan tetap akan menuai akibat di masa depan. Rhinea dan Mario hanyalah korban, dari tindakan salah seseorang di masa lalu yang menimbulkan efek domino; efek beruntun tidak pada satu orang melainkan orang lain lagi dan lainnya lagi dan memberi luka pada hari esok. Pia dengan apik melukiskan konflik antara Sania, Bima, dan Erika di masa lalu dalam kehidupan mereka bertiga di Jerman. Kekuatan novel ini bukan hanya pada konflik yang diciptakan, juga pada diksi yang membalut kalimat demi kalimat. Apik, tidak membosankan, dan mampu menimbulkan rasa hangat bagi pembacanya.

Hal lain yang ingin saya soroti adalah masalah perjalanan Rhinea dan Mario di Jerman. Mereka banyak mengunjungi tempat-tempat di Cologne seperti yang telah saya sebutkan di atas. Deskripsi tempatnya begitu detail dan banyak, hal yang menurut saya bisa menjadi kelebihan sekaligus kelemahan novel ini, tergantung dari sudut pandang pembaca. Bagi saya, proporsi penggambaran tempatnya malah lebih banyak dibandingkan pemaparan dramanya itu sendiri. Namun, saya belum sampai merasa bosan karena pemaparan tempat itu sekali lagi ditulis dengan pilihan kata yang menarik. Meski ada juga sih bagian yang Rhinea terlalu seperti Wikipedia berjalan karena menjelaskan banyak sejarah dari suatu bangunan kepada Mario. Banyak info tempat yang akan kita dapatkan di sini, termasuk, nama kota ini yang identik dengan salah satu jenis pengharum tubuh. 😀

Oh ya ada satu tempat yang belum saya sebut, yang justru menjadi alasan pemberian judul novel ini. Mereka berdua akhirnya mengunjungi Jembatan Hohenzollern yang dipenuhi dengan gembok cinta. Yep, Mario dan Rhinea yang sudah menjadi teman, mendatangi tempat yang penuh dengan nuansa romantis. Lantas Mario menantang Rhinea untuk ikut memasang gembok dan menuliskan nama mereka. Ia melakukan hal itu karena Rhinea mengatakan tidak percaya akan mitos bahwa dua nama yang terpaut pada gembok cinta akan menemui takdir untuk selalu bersama. Well, bagi saya justru Mario sedang menantang hatinya sendiri yang perlahan mulai mengakui keberadaan Rhinea sebagai seseorang yang istimewa. 🙂

Secara keseluruhan, saya dapat menikmati cerita di dalam novel ini. Meski, kekurangannya bagi saya adalah pada emosi yang masih kurang terbangun antara Mario dan Rhinea. Saya rasa penulis seharusnya bisa mengurangi detail deskripsi tempat dan menggantinya dengan menambahi interaksi antara Mario dan Rhinea yang semakin dekat sebelum kenyataan dari masa lalu itu terkuak. Overall, I give rate 3.5 out of 5. 🙂

Note: diikutkan pada Indonesian Romance Reading Challenge 2014

43 thoughts on “Mengulang Kenangan di Cologne [Love Lock by Pia Devina]

  1. Pingback: Joining Indonesian Romance Reading Challenge 2014 (!!) | Dinoy's Books Review

  2. Pingback: Bagi-Bagi Love Lock! | Dinoy's Books Review

  3. Eunike ♥ Aldi (AMS)
    —> Ku harap suatu saat nanti kita bisa bersatu, walau aku tau akan ada beberapa jurang waktu dan tempat yang harus ku lewati terlebih dahulu untuk bisa menggapaimu kelak :’)

  4. “DG-ZP, FLY. Por tu amor”
    Berhubung gak punya pacar, jadi aku pake nama David Garrett aja deh buat inisial XD
    Por tu amor itu judul salah satu telenovela fav aku yang artinya untukmu cintaku.
    Fly: forever love you 😉

    Twitter:@miss_zp
    Belum ganti nama kok 😉

  5. Guten Tag, Kak Dini!
    Salam kenal yaaak, saya pengunjung baru di “Dinoy’s Books Review”, mau coba coba ikutan Giveaway Love Lock, boleh yaaaa? :))

    Pertanyaan :
    Kalau kamu ada kesempatan memasang gembok cinta, kamu bakal nulis nama siapa dan satu kalimat apa yang bakal disertakan? Bikin sekreatif mungkin ya

    Jawab :
    Waduh, kalau disuruh nulis nama di gembok cinta, untuk saat ini aku binguuuung banget. Soalnya ada dua cowok yang aku sayang untuk saat ini dan berharap salah satunya bisa jadi imamku nanti [*eh maaf numpang curhat :’))* ]. Hmm, jadi aku putusin bakal nulis ini aja kalo dikasih kesempatan masang gembok cinta. Bismillahirrahmanirrahim,

    CALON IMAM & NABILA AMELIA
    “Calon imamku, siapapun kamu, aku harap kamu adalah laki-laki yang tepat untukku, yang bisa menjadi imam yang baik untukku dan mengantarkan aku ke surga-Nya kelak, Ich Liebe Dich.”

    Hwehehehehe, boleh kan yak nulis begitu? Kan katanya terserah. Sipp :))
    Warm Regards,
    Nabila Amelia
    @NaMelia98

  6. Karena ukuran gembok kecil dan gak bisa nulis banyak-banyak, jadi kata-kata yang mau aku tulis bakalan cuma ini (tapi maknanya dalem buat aku):

    “MAS ❤️ KIMIA. AMIN!”

    (Fyi, MAS itu singkatan dari Magnetic-Azimuth-Spin, bilangan kuantum di Kimia. Dibikin jadi nama julukan buat aku dan 2 sahabatku karena lucu dan penyemangat kita buat jadi suka sama pelajaran Kimia).

    @deasyds

    Thank you!

  7. lita a.p
    @Litaa_FAN

    Lita & My future soulmate.. I hope u can be the best soulmate from God to me and carry me 🙂

Leave a reply to filagiaaaa x