Judul: A to Z by Request
Penulis: Reading Lights Writers’ Circle
Penerbit: Grasindo
Genre: Fiksi, Antologi cerpen, Romance, Drama, Komedi, Misteri
Tebal: 344 Halaman
Terbit: September 2013
Cara dapat: Buntelan dari salah satu penulisnya, Devi R. Ayu
“Kita bikin proyek nulis lagi ya. Jadi kita berdua puluh enam masing-masing bikin satu cerpen dengan mengambil penekanan satu huruf dari A sampai Z. Neni, kamu kebagian huruf A; Luzmaning, C; Anggalia, bikin D, ya! Azisa, berkreasilah dengan huruf E; Nathalia, F; Martina, ceritakan ada apa dengan huruf G; Mirna, H; Natalia, I; Tita, kamu dapat huruf J; Farida, K; Fadil, L; Rahmantya, M; Tegar, ayo bikin cerpen dengan huruf N; Andika, O; Ifa, P; Nia, Q; Sasmaya, R; Devi, ceritakan ada apa di balik huruf S. Andi, huruf T ya! Ryan, kamu U; Dini, V; Yuliasri, kamu dapat W, Sapta, X; Amahl, Y; Ira nulis tentang Z, dan aku sendiri, Rizal, kebagian huruf B. Jelas kan yah?”
Saya membayangkan begitulah suasana di forum Reading Lights Writers’ Circle ketika hendak memulai penulisan buku antologi ini. Dua puluh enam orang berkumpul, mereka yang biasa bertemu karena kesamaan hobi, menulis.
“Terus, benang merahnya apa?” tanya salah satu dari kumpulan ini.
“Yah, bebas aja, pokoknya kembangkan kreativitas kalian dari satu huruf yang kalian dapat tadi. Setelah itu baru kita rundingkan bersama hasil tulisannya.” Saya bayangkan, mungkin begitu jawaban dari Rizal, sang koordinator proyek ini.
Mengapa saya perlu menggambarkan kondisi seperti itu? Karena ketika mulai membaca kata pengantar serta beberapa cerpen dalam buku ini, saya tak henti menerka sebenarnya kumpulan cerpen ini tentang apa? Judulnya sendiri A to Z by Request, yang berarti tiap cerpen mewakili satu huruf itu. Mmm, misalnya cerpen di huruf A menggambarkan tentang nilai yang diharapkan muncul pada ujian seorang mahasiswi, atau G yang bercerita tentang salah satu kunci dalam rangkaian nada. Genre ceritanya pun campur-campur; ada yang tentang keluarga, cinta, persahabatan, misteri pun ada, petualangan, drama, komedi, bahkan tema yang saya sendiri bingung hingga mengatakannya absurd.
Membaca setiap cerpen ini tentu bagaikan menebak rasa permen selanjutnya yang kita ambil secara acak dari sekaleng besar berisi sejumlah banyak manisan itu. Jangan berpikir, nikmati saja. Nikmati setiap senyum, kerutan kening, mulut melongo, tertawa, ataupun batin yang penuh teka-teki yang menjadi efek dari setelah membaca masing-masing cerpen. Berikut adalah beberapa kesan yang saya catat di Goodreads saat membaca buku antologi ini:
04/24 | page 15 | 4.0% | “Cerita pertamanya mengharukan; membuktikan bahwa kasih ibu sepanjang jalan dan kasih anak sepanjang galah. :”) Btw jadi gimana caranya sih ngubah nilai C jadi A? Nggak digamblangin jadi kepo, hehehe.” | |
04/24 | page 59 | 17.0% | “Suka sama cerita C; si Bowo tetap setia mendekati Anisa meski dijutekin, haha. Terbukti Anisa suka juga sama perhatian-perhatian Bowo. ^^” | |
04/25 | page 89 | 25.0% | “Hmm… cerita tentang F word keren juga, bikin visualisasi tentang malaikat, setan, dan surga. :)” | |
04/26 | page 104 | 30.0% | “Nggak mudeng sama cerita G. Hihihi >.<“ | |
04/26 | page 111 | 32.0% | “Cerita tentang huruf H ini singkat, padat, tapi mengena. Suka deh! ^^” | |
04/28 | page 120 | 34.0% | “Kelar membaca cerita I dengan kening berkerut: nggak ngerti.” | |
04/29 | page 179 | 52.0% | “Cerita huruf M: gokil! hahaha. :)” | |
05/01 | page 204 | 59.0% | “Sukaa banget sama cerita huruf O, tentang romantika toko buku. Udah gitu penulis nggak perlu terlalu eksplisit atau maksa ngebahas O-nya. hehe.” | |
05/03 | page 231 | 67.0% | “Cerita Q agak absurd tapi enak aja bacanya… hehe.” | |
05/05 | page 257 | 74.0% | “Cerita S tentang manusia berkepribadian ganda, lumayan bikin bingung sekaligus berkaca. Bahwa kita pun diliputi berbagai rasa yang sering membuat diri kita berubah seolah menjadi orang lain dan susah mengendalikan diri. ^^” | |
05/05 | page 277 | 80.0% | “Cerita U menjadi salah satu favoritku di sini. Sederhana, kelihatannya kayak “nggak bertema” tapi pamungkasnya nancep banget. :D” | |
05/05 | page 288 | 83.0% | “Cerita V juga keren, tentang kebimbangan seorang seniman akan hubungannya dengan kekasihnya. Dan aku terus menunggu, di mana “V”-nya?? Sisi baiknya, nggak perlu memunculkan tema huruf itu secara maksa atau berkali-kali. Hanya di akhir, melalui perlambang, dan ngena. :)” |
Dan kesimpulan secara umum yang juga saya tulis di Goodreads setelah membaca kedua puluh enam cerpen ini:
Hm, what should I say? Unik? Yes. Random? Banget. Absurd? Hu um. Menarik? Beberapa. Kemungkinan kata “bebas” akan saya gunakan. Kebebasan dimiliki kedua puluh enam penulis dalam merangkai cerita pendek dengan tema satu huruf. Kebebasan yang dalam banyak bagian membuat saya mengerutkan kening, mempertanyakan makna ceritanya. Saya rasa mereka terlalu membebaskan imajinasinya tanpa mau peduli apakah pembaca akan mengerti. Namun kebebasan itu pula sanggup menggiring saya dalam keterpanaan menikmati sebagian ceritanya.
Jadi pada akhirnya saya menyematkan 3 dari 5 bintang untuk kreativitas 26 penulis ini, dan bagi kalian, jangan takut untuk mencoba membaca. Tentu banyak hal yang akan didapat, dua puluh enam rasa berbeda, atau mungkin lebih. 🙂
ps: Terima kasih banyak ya Mbak Devi untuk hadiah tak terduganya… 😉
Itu yg huruf P, dosen saya penulisnya.. 🙂
akkkkk pengen dapet buntelan juga, wishlist banget buku ini karena ada penulis favorit aku, hauhau