Mengungkap Perjalanan Lewat Nurani [Travel with Heart by Mary Susmiro]

TravelWithHeart

Judul: Travel with Heart

Penulis: Mary Sasmiro

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Genre: Catatan Perjalanan, Nonfiksi

Tebal: 240 Halaman

Terbit: Maret 2013

Cara dapat: Beli saat diskon ultah GPU 30%

Harga normal: Rp58.000

Maraknya buku bertema perjalanan karya anak bangsa, membuat banyak penulis semakin berlomba-lomba memberikan kekhasan pada tulisannya. Bahkan, meski tempat-tempat yang dikunjungi sama, ulasan antara penulis satu dan lainnya harus berbeda, dong. Dan demikian pula yang coba dilakukan Mary Sasmiro lewatΒ Travel with Heart. Premisnya adalah menikmati perjalanan bukan hanya dengan mata, melainkan juga dengan hati. Memaknai tempat-tempat yang dijelajahi indra penglihat dengan nurani. Saya menaruh banyak harapan ketika membaca judul buku ini. Perjalanan dengan hati? Ya, saya terpukau dengan janji sang penulis untuk menceritakan tempat-tempat yang dia datangi dengan rasa hatinya. Lalu, apakah saya lantas mendapatkan kesan yang istimewa setelah membaca tuntas buku ini? Apakah buku ini berbeda dengan buku catatan perjalanan lainnya??

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, biar saya deskripsikan dulu isi dari buku ini. Buku setebal 240 halaman ini terdiri atas 22 bab, dan di tiap babnya menceritakan kawasan-kawasan yang berbeda yaitu: Sydney, London, Paris, Brussels, Linderhof, Venezia, Shanghai, Melacca, Penang, Saigon, Malang, Istanbul, Cappadocia, Pamukkale, Carmel, San Fransisco, Boston, New York, Victoria, Hong Kong, dan China. Iri nggak sih dengan destinasi-destinasi yang banyak, bisa berkeliling empat benua; Asia, Australia, Eropa, dan Amerika?? Saya sih iri, kepingin juga bisa begituu. Hehehe. Sebenarnya saat mulai membaca buku saya suka dengan penuturan Mary. Tidak hanya menguraikan tempat yang dikunjungi, tetapi juga apa yang ia rasa dan renungkan. Seperti ketika dia menceritakan Sydney, kota yang penuh kenangan karena dia pernah tinggal lama di sana untuk menimba ilmu. “Ah, how I miss being in the train crossing the Harbour Bridge, to feel the heart of Sydney. I do miss you. A lot!” Pun ketika beranjak mengisahkan Paris,Β “Saya memang tidak sedang jatuh cinta, tapi tak ada salahnya menikmati kota penuh cinta ini dengan harapan akan kembali dengan hati dipenuhi cinta.”

Penuturan yang membuai, membuat saya juga ingin ke tempat yang dia kunjungi untuk memberi hati saya rasa yang baru, rasa yang hangat, senang, atau apa pun itu yang diturunkan dari mata saya. Saya merasa ekspektasi saya cukup terpenuhi menjelang tengah halaman, tetapi sayangnya hal itu tidak berlangsung terlalu lama. Semakin tengah ke belakang, penulis mulai sibuk mencekoki pembaca dengan segala pengetahuannya; baik yang dia lihat sendiri yaitu deskripsi tempat secara fisik, juga sejarah-sejarah yang terkandung dalam tempat-tempat tersebut. Apakah itu salah? Tidak, untuk catatan perjalanan itu sah-sah saja, tetapi seperti di awal saya bilang, saya mengharap lebih. Saya lebih ingin mengetahui kesan-kesan hatinya, karena hal-hal yang dia uraikan sebenarnya bisa saja didapatkan dari Wikipedia. 😦

Okelah, saya tetap lanjut membaca, saya sebenarnya merasa apa yang dia sampaikan sangat berguna kok. Saya mencatat beberapa kesan saya terhadap buku ini di Goodreads, seperti ini:

“Wah, semakin ingin dan semakin kuat bermimpi dapat ke Eropa! πŸ™‚ “

“Jadi makin pengin ke Malaka untuk mengalami budayanya dan ke Penang demi mencecap cita rasa kulinernya. *masuk wishlist*”

“Vietnam! Sudah berapa ‘pertanda’ nih bahwa saya harus ke sana?? hehe ^^”

“She describes Malang in a different level!”Β 

“Makin ke belakang makin lambat, karena ternyata lebih pada uraian tempatnya. Kesan hatinya sangat kurang. 😦 “

“Penulis tampak asyik sendiri dalam perjalanannya, tapi kenapa saya tidak merasa terbawa ya dalam ceritanya? 😦 “

“Tinggal dikit lagi siih. Tapi berpaling dulu aah. Wkwk.”

Iya, sayang dua kesan terakhirnya serasa antiklimaks. Jujur menurut saya mencari buku catatan perjalanan yang bisa memikat dari awal hingga akhir itu nggak mudah. Penulis selalu tergoda untuk menyampaikan semuaaa detail yang dia tangkap ketika berkunjung ke suatu tempat. Padahal, tidak semua pembaca ingin tahu. Hal-hal itu bisa didapat kok dari web-web yang memang khusus informasi tempat wisata. Informasi tetap perlu, tetapi bagi saya lebih menarik kalau kesan hatinya yang lebih ditonjolkan. Yah, itu pendapat saya tentang buku perjalanan.

Secara tampilan, buku ini menarik dengan foto-foto menunjang di setiap babnya, hitam-putih. Dan di 16 halaman terakhir, dipilah lagi foto-foto di tiap bab untuk dirangkum dan ditampilkan berwarna. Keren! Jadi, jika harus memberi bintang, saya memberikan 3 dari 5 bintang karena saya menyukai hal-hal yang dipaparkan meski kurang memenuhi harapan saya pada awalnya. πŸ™‚

PosBarBBI2014

Note: Diikutkan sebagai posting bareng BBI buku bertema perjalanan.

4 thoughts on “Mengungkap Perjalanan Lewat Nurani [Travel with Heart by Mary Susmiro]

  1. woooh… padahal tempat2nya keren2 banget ya noy, dari eropah sampe ostralih πŸ˜€ susah emang bikin buku perjalanan yang nggak bosenin dan bikin ngerasa pembaca sebel karena kesan “pamer” atau “bertele2” XD

  2. Iya, Kak… kalau masalah tempat2nya yang keren sih di Internet juga banyak diceritakan. Tapi lebih pengin tahu pengalaman2 menariknya bukan cuma deskripsinya. Haha, rewel aku kalo baca travel book sekarang, udah mulai bosen. πŸ˜€

  3. Deskripsi tempat untuk sebuah novel memang diperlukan tapi kalau buku perjalanan yg terlalu banyak deskripsi tempat daripada pengalaman unik dan kesan yg didapat penulisnya kurang mantap ya πŸ™‚

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s