Hai Dini! ^^ ~Me being interviewed by Peri Hutan! :”)

…. Halo! Iya, nggak salah, ini saya sendiri yang menulis rubrik Hai Author! untuk saya sendiri!! Hahaha, tenang, saya nggak segitu narsisnya kok, atau niat banget bermonolog mewawancarai diri sendiri. ^^ Tapi, beberapa hari lalu, rekan blogger buku mewawancarai saya berkaitan dengan novel perdana saya yang baru rilis, yaitu Get Lost. Tepatnya, saya yang pertama kali meminta Sulis aka Peri Hutan untuk bekerja sama dengan membaca draf novel saya dan meresensinya untuk dikenalkan kepada teman-teman calon pembaca. Dan inilah hasil resensi dari Sulis, klik ini! Terima kasih, Sulis!! Dan tanpa basa basi, inilah hasil wawancara yang Sulis lakukan terhadap saya, saya ambil dari link blognya, selamat membaca!! ^^

CebuCity

Seperti biasa, pertama kali kenalan dulu dong kak. Siapa kakak sebenarnya, kerja di mana dan kesibukannya sekarang apa?

Namaku Dini Novita Sari, bisa dipanggil Dini atau Dinoy – panggilan sejak SMU gara-gara sering kedobelan Dini ^^ – ulang tahunku tanggal 30 November, dicatat yaa! Haha. Aku, cewek yang kerjaannya sama kayak Lana, yaitu karyawan di perusahaan swasta. Tapi di luar jam kerja kantoran aku juga lagi menyibukkan diri dengan memeriksa naskah-naskah dari beberapa penerbit; baik sebagai proofreader maupun editor. Lalu, suka jalan-jalan siih, tapi sekarang lagi mau anteng karena biasanya kalau ada rencana traveling biasanya jadi boros. ^^

Sejak kapan kakak suka travelling?

Sejak kapannya… sejak kapan, ya? Haha, pada dasarnya aku orangnya gampang bosen, sih, jadi kalau ada kesempatan pergi ke tempat yang belum pernah kudatangi, pasti mau. Tapi aku bisa jawab secara ‘resmi’ suka traveling tuh sejak November 2010. Bulan tersebut adalah saat pertama kalinya aku menyentuh negara di luar Indonesia, yaitu Singapore. Diawali dari udah kerja – kerjanya dari tahun 2007 sih, udah punya duit sendiri, jadi punya kepenginan bisa ke mana-mana. Dan pas itu inget banget, dari hasil iseng-iseng browsing pakai laptop baru, aku nemu promo tiket Air Asia murah ke Singapore. Lalu karena nggak mau jalan ke luar negeri sendiri – waktu itu masih takutan, bo! – tapi ngajak temen juga bingung siapa karena aku orangnya nggak gampang ngajakin, jadilah masuk ke Forum Backpackers Indonesia. Singkat kata, dari sana ketemu 4 cowok yang jadiΒ travelmatesku – murni baru kenal – plus 1 cewek temen kuliahku dari Surabaya ikutan juga. Sejak itu deh aku mulai keranjingan cari-cari tiket murah buat jalan-jalan. ^^

Sudah berapa negara dan kota yang kakak kunjungi? Trus modal untuk perjalanan tersebut darimana? Pastinya butuh biaya yang besar dong :p

Hihihi, sudah ke mana aja ya? Kira2 seperti ini kalau dihitung dari tahun 2010: Singapore (2010), Kuala Lumpur-Malaysia, Bangkok-Thailand (2011), KL, Putrajaya – Malaysia, Singapore, lagi kali ini bareng papa (2012), Balikpapan, Dieng, Bandung – Indonesia (2012), Sumatera Barat, Bali, Lampung, Bromo, Yogyakarta, Makassar, Toraja – Indonesia (2013), Cebu City, Manila – Filipina (2013). Modalnya ya dari gajiku dong, haha. Duluu… awal-awal kalau pas traveling tuh aku biasanya bisa suka nabung dari beberapa bulan sebelumnya, lumayan prepare. Lama-lama, bener-bener nyisihin dari gaji bulan bersangkutan pas mau jalan-jalan, tapi setelah itu pulangnya jadi bokek, haha!! Butuh biaya besar… relatif juga sih karena selama ini aku selalu mengusahakan sehemat mungkin saat traveling. Misalnya nginep di hostel atau budget hotel, naik transportasi umum, dan pergi ke spot-spot yang gratis atau biaya masuknya murah. Jadi ya aku selalu pakai prinsip ke mana dan ngapain aja menyesuaikan dana yang aku miliki, bukan sebaliknya. πŸ˜€

Dari destinasi yang pernah dikunjungi mana yang menjadi paling favorit dan alasannya kenapa?

Pas Januari 2013 ke Sumatera Barat. Karena paket lengkap, mengunjungi banyak tempat di beberapa kota dan menikmati spot berupa alam, budaya, sejarah, dan kulinernya mantap pula. Agak boros menurutku, tapi worth it banget! πŸ˜€

Dari mana kakak belajar memproofreading dan mengedit sebuah buku? Kakak dulu kuliah di jurusan apa? Kenapa kakak memilih pekerjaan tersebut?

Ehm, ini jadi bahas profesi sampinganku, yaa?? Wkwk… belajarnya otodidak aja kok, dari suka baca novel. Kuliahku di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Airlangga (lengkap! ^^). Dulu kan kalau baca novel biasanya nggak jeli, hanya memperhatikan ceritanya, bisa dinikmati atau nggak. Tapi lama-kelamaan, dan aku yakin yang suka baca buku kebanyakan kayak gini, kejelian itu terasah. Mulai dari lihat typo bertebaran, atau jalan cerita yang nggak pas. Awal jadi proofreader karena aku suka bantuin temenku baca naskah secara informal untuk penerbitnya, lalu di awal tahun ini aku tanya bisa nggak jadi proofreader ‘beneran’ yang bener-bener ngecek ke KBBI, dll.

Soal mengedit, ini juga awalnya karena aku mengajukan jadi freelance proofreader di penerbit lain yang lebih besar, eh malah diminta mengedit naskah, novel lokal. Awalnya grogi, tapi karena editor tetap di penerbit itu banyak bantu dan penulisnya juga enak diajak kerja sama, jadi Puji Tuhan bisa selesai meski masih harus banyak berbenah juga. Kenapa milih pekerjaan itu, karena suka aja. Aku sudah mulai bosan dengan kerjaan kantoranku di bidang akunting nih *curhat*. Aku pikir, nggak bisa selamanya aku menghabiskan waktu di pekerjaan yang nggak terlalu kusukai. Jadi karena aku suka baca, kenapa nggak mengembangkannya lebih serius? Begitu … πŸ˜€

Sejak kapan kakak menggeluti dunia menulis?

Sejak…. SD?? Haha, tapi bener, dari SD aku suka pelajaran Bahasa Indonesia. Suka mengarang dan nulis puisi. Inget banget tuh wali kelasku kalau nggak salah kelas 5 SD, terheran dengan salah satu hasil kerjaan muridnya yaitu puisi. Pas dia lihat siapa yang nulis, dia bilang, “Dini? Oh pantes, bagus…” Haha, aku masih inget peristiwa itu karena bikin aku yang (saat itu) pendiem banget jadi bener-bener merasa percaya diri di dalam hati. πŸ˜€ Terus SMP juga mulai sering nulis tapi hanya untuk konsumsi pribadi. πŸ˜€ Cerpen-cerpen gitu… pernah kirim ke Majalah Anita tapi nggak ada kabar. Huahahaha. Juga inget gara-gara baca novel Girl Talk (lupa seri yang mana) yang ada di perpustakaan sekolah, aku lalu bikin satu naskah novel yang alurnya nyontek-nyontek Girl Talk! Tentang persahabatan 6 cewek yang banyak akal, nama-nama tokohnya pakai nama temen-temen gengku pas kelas 6 SD! Huahaha, entah hilang ke mana naskahnya, tuh. Ya begitulah, saat SMU, terus kuliah, masih kadang nulis tapi seringnya enggak. Sampai suatu saat aku pernah menyimpulkan kalau menulis secara profesional tuh bukan hal yang cocok bagiku, karena nyoba nulis novel selalu stuck di tengah-tengah. πŸ˜€ Baru sekitar mungkin dua tahun ini mulai terpikir membangkitkan lagi passion menulisku itu.

Kapan nyadarnya kalau kakak bisa menulis dan merasa harus mendokumentasikan perjalanan kakak ke sebuah buku?

Kalau nyadar ‘bisa nulis’ cerita mungkin udah dijelasin di atas, ya. Nah soal menulis catatan perjalanan, kapannya itu bisa dilihat sejak aku bikin travelblog:Β www.travelerwannabe04.blogspot.comΒ di tahun 2011. Saat itu aku hanya berpikir aku perlu mencatat dan membagikan, kayaknya seneng kalau ada yang googling tentang suatu tempat atau tentang traveling dan diarahkan ke blogku, jadi jalan-jalanku bisa bermanfaat gitu. Lalu mendokumentasikan ke sebuah buku, ini dari tahun 2012 mulai seriusnya. Nulis buku itu sudah seperti cita-cita yang terpendam di alam bawah sadarku, tapi aku belum mewujudkan karena nggak pede, malas, dan serbatakut. πŸ™‚ Di tahun 2012 aku mulai serius mengkompilasi catatan-catatan perjalananku, mengalami rombakan beberapa kali, sampai akhirnya selesai dan dikirimkan ke penerbit. Ini nonfiksi lho, tapi justru yang dikasi kesempatan terbit duluan malah yang fiksi.

Buku apa aja yang pernah kakak ‘bersihin’? :p

Proofreading:
1. So, I Married the Antifan (repackaged, Haru)
2. Crying 100 Times (Haru)
3. After D-100 (Haru)
4. Explicit Love Story (Haru)
5. Sweet Melody 1 (Haru)
6. Sweet Melody 2 (Haru)
7. Always with Me (Haru)
8. Cheerboy!! (Haru)
9. Oppa & I : Love Signs (Haru) –>
no 8 & 9 belum terbit sih, tp gpp-lah udah dipromoin kok sama Haru. Hehe.

Editing:
Amore: Blue Vino (Gramedia Pustaka Utama)

Oh ya sebelum nerbitin Get Lost, aku juga jadi salah 1 penulis di buku ‘Traveling Note Competition’ yg diterbitkan Penerbit DivaPress, berisi catatan perjalanan dari 30 penulis terpilih.Β portofolioKisah Get Lost ini sebenarnya pengalaman kakak sendiri atau bukan sih?

Mix. Ahahaha…. kalau untuk drama-drama utamanya, itu fiksi. Tapi soal perjalanan ke beberapa tempatnya, kejadian beneran. Misalnya aku ke Bali, ketemu Tozan dan diantar cari losmen murah, ngobrol tentang diskriminasi, itu beneran! Aku juga udah bilang dia sih bakal tetep pakai namanya karena unik, juga adegannya, tapi nama tempat ada yang diganti misalnya nama bar, karena menurutku nggak etis. πŸ™‚ Lalu yang Lana ketemu dengan lima traveler dari Jakarta… jadi sebenernya itu aku lagi liburan di Bali, Februari tahun ini. Aku datang sendirian awalnya, sampai sana ketemu dan ditemenin Tozan, tapi besoknya bergabung dengan lima temanku itu. Makanya dari kejadian nyata itu lantas aku fiksikan. Nama kelima orang itu pun akhirnya aku ganti. Tapi selain itu, misalnya Lana ketemu Paul, Jung, boyband Korea, Robin, Bima… itu fiksi. :)))

Di antara semua destinasi yang ada di Get Lost, berapa yang sudah kakak pernah kunjungi?

Yang beneran pernah didatangi dan dijadikan acuan cerita: Bali, Singapore, Surabaya, Bromo. πŸ™‚ Yang belum didatangi dan nulis hasil browsing dan tanya-tanya: Seoul, Busan, Hanoi, Tibet. Ada yang mau ajakin aku ke sana?? πŸ˜‰

Kalau ada yang belum tentu melakukan riset dong? Nah, gimana cara kakak meriset, apa aja yang dibutuhkan agar tulisan kita menjadi nyata dan nggak terkesan ngibul?

Browsing-browsing, sama tanya temen yang sudah pernah ke sana. Yang kucaritahu adalah deskripsi tempatnya, lalu aku coba olah dengan kalimatku sendiri. Tentunya ada beberapa kata yang nggak bisa diubah, karena begitulah deskripsi yang kubaca. Tapi seenggaknya kesan penulis nggak plek aku tempelkan. Aku inget banget saat proses editing Get Lost, aku baca artikel tentang novel bersetting luar negeri yang dituduh banyak menjiplak artikel di Internet. Sampai dibanding-bandingkan kalimat dalam novel itu dan artikel yang dicomot, dan memang banyak sama persis. Aku jujur aja paranoid gara-gara itu. Maksudku, aku merasa nggak melakukan seperti itu di naskahku yang banyak berdasarkan riset, tapi bisa saja orang masih menganggap aku menjiplak kan karena beberapa kata masih sama? Lalu, ini yang aku lakukan, aku kumpulin tuh deskripsi-deskripsi tempat di novel yang aku bisa tahu dari artikel lain di Internet, nggak lupa artikel yang kujadikan acuan juga aku copy paste beserta sumbernya. Lalu aku bikin perbandingan sendiri, aku kirim ke editor Bhuana Sastra (BIP), haha. Aku jelaskan maksudku, ketakutanku dituduh menjiplak, dan minta tim editor menilai sendiri apakah tulisan yang kubuat masih tampak menjiplak artikel-artikel itu, jadi semacam disclaimer gitu. Hehe. Menurutku tanggung jawab penulis adalah memberikan informasi yang fair kepada penerbit, jangan salahkan editor yang nggak sempat mengecek satu-satu informasi yang ditulis di novel, apakah menjiplak atau sudah diolah lagi. Syukurnya sih editor nggak mempermasalahkan bagian-bagian hasil risetku itu, nggak dianggap menjiplak. πŸ™‚

Di Get Lost, sebenarnya kakak ingin menunjukkan apa ke pembaca? apa arti Get Lost buat kakak?

Ingin menunjukkan bahwa seharusnya perjalanan itu dilakukan tanpa meributkan banyak hal. Memang penting melakukan persiapan, tapi jangan sampai mengalahkan semangat perjalanan itu sendiri. Lalu, ketika kita membuka diri terhadap banyak hal baru di perjalanan, sebenarnya perjalanan itu bagaikan cermin yang bahkan dapat menunjukkan hal-hal yang selama ini tak terlihat oleh mata kita, di diri kita sendiri. Arti Get Lost di sini adalah tersesat, menyesatkan diri, membiarkan diri dituntun oleh semesta, larut dalam pemikiran dan perasaan yang selama ini tak disadari sampai perjalanan itu dilakukan. Bayangin, nggak mudah lho membuka diri terhadap pejalan-pejalan asing kalau kita selalu punya sikap takut dan tertutup. Jadi sebenarnya arti harfiah Get Lost di sini awalnya melakukan perjalanan tanpa persiapan matang, mengizinkan diri tersesat, tapi lalu bertemu orang-orang dan peristiwa yang membuat Lana berkaca.

Berapa lama penulisan Get Lost? Kendala apa aja yang pernah dilalui dalam perjalanannya?

Kira-kira sebulan. πŸ˜€ Nulisnya doang kan, ya? Kalau proses editingnya sebulan juga sih, kira-kira, tapi ya itu nggak terhitung masa antrenya di penerbit, hanya masa aktif pengerjaannya. Kendalanya adalah mematahkan kemalasan dan mitosku sendiri kalau aku nulis novel pasti stuck di tengah-tengah. πŸ˜€ Jadi ini tantangan buatku untuk menyelesaikan satu draf utuh. Dan sebenarnya, naskah Get Lost ini aku tulis untuk suatu kompetisi menulis oleh suatu penerbit mayor. Targetku waktu itu sih yang penting bisa selesai dulu naskahnya sesuai kriteria, sebelum deadline. Ya, sudah kepikir sih kalau nggak menang, secara yang ikut pasti buanyaaakk kaan… hehe. Dan memang benar, masih banyak naskah lain yang dirasa lebih unggul dari naskahku, sehingga ketika baca pengumuman namaku nggak ada, aku langsung kirim ke Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Kenapa BIP? Karena sebelumnya BIP sudah meloloskan satu naskah nonfiksiku dan sedang dalam proses sampai sekarang, dan aku saat itu lagi ‘nggak mau ribet’. Hehe, bukannya yakin banget bakalan diterima BIP sih, tapi setidaknya sudah tahu kontak editornya. Masukin ke sana, tetap mengalami proses review naskah sesuai dengan waktu standar yang mereka tetapkan, dan Puji Tuhan mereka menerima dengan beberapa poin revisi. πŸ™‚

Selama proses penerimaan naskah, editing, layout, cover, sampai terbit, aku bisa bilang kalau kerja sama dengan BIP itu menyenangkan. Mereka selalu terbuka dan mengizinkanku memberi masukan untuk bakal novelku sendiri. Misalnya cover, sampai dengan hasil akhir cover novel ini, aku sempat beberapa kali kasih masukan tuh, sampai nggak enak sendiri karena merasa bawel, haha. Tapi mereka sih menerima dengan baik tiap usul dan keberatanku. πŸ™‚ (sekalian jawab yang di bawah, yaaa^^)

Kenapa kakak memilih BIP sebagai penerbit yang menerbitkan karya kakak?

(cek atas)

Ada bagian favorit nggak sih di Get Lost?

Hm, adegan Lana dan Oleq di Pantai Kuta malam-malam, sama Lana bareng 5 traveler Jakarta di Ubud terus minum bareng dan ngomongin arti minuman; karena dua adegan ini mengandung kata-kata yang bagus yang nggak tahu kenapa muncul aja di kepalaku pas nulis. πŸ˜€ Terus adegan Lana ngobrol dengan Jung di apartemen dan restorannya, karena kayak seneng gitu ketemu temen baru langsung akrab; sama adegan Lana lagi di Gunung Bromo dan dia kagum lihat traveler dari berbagai negara, bikin aku bangga banget sama Indonesia yang suka dijadiin destinasi favorit para pejalan dari berbagai belahan dunia. πŸ™‚

Siapa penulis travelling favorit kakak?

Windy Ariestanty berkat bukunya Life Traveler, dan Agustinus Wibowo berkat buku Titik Nol.

Buku apa saja yang berjasa bagi kakak untuk mewujudkan mimpi sebagai penulis? sebutkan lima saja

Hihi, bingung nih jawabnya. Tapi yang jelas buku yang bener-bener bikin aku wow pas baca dan jadi semangat nulis adalah Supernova – Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh-nya Dewi ‘Dee’ Lestari, terus dari Life Traveler (Windy Ariestanty) aku belajar membuka diri terhadap orang-orang asing saat dalam perjalanan, dan dari Titik Nol-nya Agustinus Wibowo aku belajar meresapi makna perjalanan, biar nggak sekadar berlalu. Itu aja deh, yang lain, banyak banget buku yang aku sukai yang suka menimbulkan ide-ide untuk menulis.

Kakak belajar menulis dari mana?

Dari sekolah (literally menulis, hehe), dan yang terutama dari buku-buku yang aku baca baik fiksi dan nonfiksi, lalu juga dari obrolan bareng temen-temen penulis yang sepertinya biasa tapi banyak kasih masukan buatku menulis.

Untuk selanjutnya kakak ingin menulis apa? apakah sudah ada draft yang siap terbit?

Penginnya niih nulis dengan genre utama romance, haha… tapi belum ada draft yang selesai πŸ˜€ malah keasyikan ngecek naskah orang nih, haha. Draf yang sedang diproses itu nonfiksi catatan perjalananku, tapi belum bisa kasitahu kapan pastinya. ^^

Apakah ingin fokus menjadi penulis travelling atau ingin merambah ke genre lain?

Fokus pada apa yang aku bisa saat ini, ya sementara memang traveling, tapi suatu saat ingin bisa menulis novel romance murni.

Gimana tanggapan kakak kalau ada reviewer yang sadis terhadap karya kakak?

Errr… ^^ aku sendiri juga peresensi buku, sebagai pembaca juga aku suka kesel kalau baca buku yang kurang asyik. πŸ˜€ Tapi saat menulis resensi, aku usahakan menyampaikan ketidaksukaanku dalam bahasa yang tidak emosional. Kalau ada reviewer yang sadis, berdasarkan pengalaman baca-baca tindakan penulis meresponi pembaca kayak gitu, lebih baik ditanggapi dengan mengucapkan terima kasih atas masukannya kali, ya. Kalau dia masih terus menuntut jawaban, biasanya aku lihat apa ini orang bener-bener mau diskusi atau hanya mau nyerang. Kalau diskusi ya ditanggapi, kalau cenderung menyerang, kayaknya nggak usah diladeni sampai aku sendiri emosi. Semoga bisa seperti itu…. eh tapi semoga sih nggak ada reviewer yang sadis, yaa… #eaaa

Kakak kan suka travelling, kasih tips dong buat pemula yang ingin melakukan perjalananannya sendiri

Kalau untuk yang bener-bener mau memulai perjalanan, hendaknya dimulai bareng teman-teman dan dengan menyusun itinerary (mau ke mana aja, naik apa, nginep di mana, dan biayanya berapa biar nggak kagok). Setelah itu kalau ingin melakukan perjalanan sendiri, biasakan dulu di dalam kota jalan-jalan sendiri naik transportasi umum, membiasakan diri waspada tapi nggak berlebihan biar nggak paranoid. Karena jalanan biasanya akan menempa mental kita: macet, orang-orang yang berjubel mau naik angkutan umum, risiko dicopet, dan lain-lain. Tapi nggak melulu hal buruk, jalanan juga bisa mempertemukan kita dengan orang-orang asing yang menyenangkan. Dan kalau ingin ke luar negeri, ya melatih bahasa Inggris tentunya. πŸ˜€

Sulis: Saya selalu penasaran kenapa ada orang yang dengan mudahnya bisa jalan-jalan, apalagi keliling dunia, duitnya dari mana?????? Dari wawancara di atas kita bisa tahu salah satu cara agar bisa melakukan jalan-jalan, yaitu dengan menabung dan sering-sering lihat browsing tiket promo πŸ˜€ dan untuk pemula sebaiknya dilakukan sama orang lain, kalau nggak mau kesasar sendirian :p. Sebenernya mau tanya banyak lagi tapi karena udah diomelin jadi yah saya pasrah XD. Penulis satu ini juga aktif mereview dan melakukan wawancara dengan penulis lain, intip aja blognya dan jangan kaget kalau banyak giveaway πŸ˜€
GetLost-buku

Oh yaa, bagi yang ingin seperti Sulis, yaitu membaca novel pertama saya yang berjudul Get Lost ini, ayo lihat artikel aslinya karena bagian bawahnya ada giveaway yang tidak kucantumkan di sini, hehe sila klik:

http://kubikelromance.blogspot.com/2013/11/author-giveaway-interview-with-dini.html

Hope you like it, friends!! ^^

One thought on “Hai Dini! ^^ ~Me being interviewed by Peri Hutan! :”)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s