Rain Affair by Clara Canceriana

RA-ClaraJudul: Rain Affair

Penulis: Clara Canceriana

Penerbit: Gagas Media

Genre: Romance, Dewasa Muda

Terbit: May 2010

Tebal: 339 Halaman

Harga: Rp 34.500

Sering kali, kita tidak sadar bahwa kita bersama seseorang bukan lagi karena perasaan nyaman yang kita rasakan bersama orang itu. Hanya saja, kita takut. Kita takut mengakui bahwa dia tak lagi dapat memenuhi perasaan yang kita dambakan. Kita takut membuka mata bahwa cinta itu ternyata hanya satu arah. Kita takut dan saat kita sadar, hati kita sudah sedemikian sakitnya. Menyadari bahwa sebenarnya perasaan Lea pada Noah bertepuk sebelah tangan, namun gadis itu terus mencoba. Hingga batas akhir yang dia sendiri tak mau akui, hingga hatinya menyerah menyaksikan sendiri pria itu meluapkan perasaannya kepada perempuan lain. Dan saat semua itu terjadi, hati Lea terlalu berat untuk menelaah satu per satu kekalutan ini …

Yang membuat saya nyaman membaca Rain Affair adalah penuturan yang disuguhkan oleh Clara Canceriana. Sederhana namun manis, dan mengalir. Membuat saya betah untuk membaca dan membuka lembar demi lembar tanpa mengeluh. Ceritanya adalah tentang seorang cewek yang terus dikecewakan oleh pacarnya. Lea sangat cinta kepada Noah, yang sayangnya cowok itu selalu menomorduakan Lea setelah pekerjaannya yang terus menyita waktu. Pertanyaan lalu muncul: jika memang sibuk, tapi ya masa terus-terusan mengecewakan kekasih sendiri, sih? Namun alasan yang sama yang terus dilontarkan Noah untuk menolak menemani Lea kemudian mengujungkan pada satu kesimpulan, bahwa sesungguhnya Noah tidak benar-benar mencintai Lea. Ada satu alasan yang membuatnya dulu setuju untuk menjadi pacar Lea. Bacalah agar tahu apa alasannya yang sebenarnya.

Lalu, hadir tokoh lain, Nathan. Tokoh yang dikenalkan sebagai kawan sekerja Noah, yang entah bagaimana caranya tapi seolah-olah terus ditugasi Noah untuk menggantikannya menjagai Lea. Berkebalikan dengan Noah, Nathan memiliki sikap yang sangat memperhatikan Lea. Meski ia tahu, hati perempuan itu hanyalah untuk Noah. Nathan pun sekuat tenaga berusaha untuk tidak mengungkapkan masa lalu di mana sebenarnya dia memiliki keterkaitan dengan Lea lebih dari sekadar pacar sang kawan. Apakah Lea akan sadar, bahwa Noah tidak dapat terus bersamanya? Dan apakah hatinya akan terketuk dengan segala perhatian dari Nathan? Bacalah, dan dari adegan sehari-hari yang dikisahkan sang penulis, kita akan mengurai jalinan ceritanya dengan apik.

Kritik saya, lagi-lagi masalah teknis. Banyak sekali penggunaan kata tak baku, dan penulisan yang tak sesuai ejaan yang disempurnakan. Misalnya: berdehem, diantara, dan menulis kota diawali huruf kecil. Typo juga ada meski menurut saya tidak seberapa banyak jumlahnya, jadi tidak perlu dikategorikan sebagai kesalahan yang mengganggu. Jujur, saya cukup heran dengan fungsi proofreader yang jumlahnya sampai 3 orang disebutkan di halaman hak cipta, kalau masih banyak nggak rapinya begini 😦

Lalu, masalah cerita. Secara keseluruhan memang saya merasa nyaman membaca novel ini. Dari satu masalah, ke masalah lain, sambung menyambung tanpa sempat kita duga, dengan alur yang lembut dan tidak menduga-duga. Tapi ada hal yang membuat saya mengernyit. Diceritakan adegan pertemuan dua orang tak saling mengenal yang biasa-biasa saja, hanya beberapa menit. Menurut saya tak ada yang spesial dengan pertemuan keduanya, tapi entah kenapa bagi salah seorang tokoh, pertemuan itu membekas sekali di memorinya sampai setahun lebih. Hingga saat mereka berdua bertemu secara tak sengaja, salah satu tokoh ini terkejut dan merasa senang, meski tak bisa mengungkit pertemuan dulu karena tokoh satunya terlihat sama sekali lupa. Well, looks cliche and cheesy bagi saya, pertemuan sekilas yang kemudian membangun cerita baru, hehe.

Kemudian, di sekitar dua bab terakhir ketika masalahnya sudah terurai, saya merasa penulis masih menambah-nambahi adegan atau hal-hal yang menurut saya tak menarik. Buat saya, sebuah novel yang bagus adalah ketika kita terus tertarik untuk membaca hingga halaman terakhir. Tapi jujur ketika mulai membaca novel ini saya merasa nyaman, terus sampai pertengahan mulai terganggu dengan penulisan yang tak rapi – tapi tertolong dengan penuturan penulis yang enak – dan ketika konflik sudah mulai teratasi tapi kok masih ada dua puluhan halaman yang belum tuntas, rasanya ingin segera menyudahi saja, karena ya menurut saya bagian menariknya sudah selesai, hehe.

Itu pendapat saya tentang novel kedua Clara Canceriana ini. Sebagai novel roman dengan genre dewasa muda, saya sih bisa mengatakan kalau saya menyukai novel ini. Mungkin jika Clara berniat menerbitkan ulang novel ini, saya bersedia banget lho jadi proofreadernya. Hehehehe… 😉

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s