Judul: Autumn Once More
Penulis: Ilana Tan, Ika Natassa, Alia Zalea, dkk.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Kumpulan Cerita Pendek, Roman, Metropop
Terbit: April 2013
Tebal: 232 Halaman
Harga: Rp 40.000
Tiga belas. Bagi kalangan tertentu, angka ini merupakan angka sial, menjauhkan keberuntungan, mendatangkan nestapa. Namun bagi Penerbit Gramedia Pustaka Utama, tiga belas berarti menyatukan sejumlah nama penulis dan editor yang bernaung di bawah mereka untuk menuliskan cerita pendek tentang Cinta. Secara adjektiva, cinta memiliki arti suka sekali; sayang benar; kasih sekali; terpikat. Dan menurut pengertian di Kamus Besar Bahasa Indonesia inilah maka nama-nama seperti Alia Zalea, Anastasia Aemilia, Christina Juzwar, Harriska Adiati, Hetih Rusli, Ika Natassa, Ilana Tan, Lea Agustina Citra, Meilia Kusumadewi, Nina Addison, Nina Andiana, Rosi L. Simamora, dan Shandy Tan mencoba menguraikannya menjadi cerita pendek dengan satu genre: metropop.
Sesuai dengan genre yang tertulis di sampul bagian belakang, yaitu metropop, maka di 13 cerita pendek yang dituliskan di buku ini berkisar tentang kehidupan para kaum urban. Menariknya, tidak melulu dari sudut pandang seorang wanita seperti novel-novel metropop biasanya, namun ada juga beberapa cerita yang dikisahkan oleh pria. Sebut saja, Jack Daniel’s vs Orange Juice (Harriska Adiati) yang bercerita tentang Dennys, seorang pria eksekutif muda yang mengubah gaya hidupnya menjadi lebih alim demi seorang perempuan. Di cerpen ini, diceritakan dengan asyik bagaimana ketika beberapa pria yang bersahabat sedang nongkrong bareng, saling mencela, namun sekaligus saling memerhatikan kehidupan satu sama lain. Alurnya yang santai dan gaya bertutur khas pria yang ringan dan tidak bertele-tele membuat saya menikmati ceritanya.
Tapi jika saya harus memilih yang menjadi paling favorit di antara 13 cerpen ini, adalah Critical Eleven milik Ika Natassa. Khas penceritaan Ika tentang wanita metropolis yang suka bertutur dengan mencampurkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, bermonolog tentang hidupnya tapi tak merasa membosankan, juga perjumpaan tak sengaja dengan seorang pria di pesawat yang penggambarannya… euh, membuat sungguh penasaran karena digambarkan sebagai sosok yang smart lagi pula tampan. Obrolan-obrolan antara Tanya dan Ale di bangku pesawat mungkin pada awalnya hanyalah topik yang ringan, namun kita tak perlu repot memikirkan bahasan yang berat hanya untuk memukau seseorang, bukan? Karena melalui obrolan yang ringan namun terus berbalas itulah akhirnya mereka berdua malah saling menyamankan satu sama lain. Saya suka bagaimana cara Ika Natassa menggulirkan waktu yang terkesan biasa menjadi penuh makna dan mengasyikkan.
Lalu selain dua cerpen di atas, ada lagi tiga lainnya yang saya pilih sebagai favorit: Love is a Verb (Meilia Kusumadewi) yang mengingatkan saya bahwa cinta tak melulu sanggup ditunjukkan lewat kata-kata atau sebuah ruang pamer, tetapi lebih pada kata kerja yang menunjukkan rasa sayang kita; Her Footprints on His Heart (Lea Agustina Citra) yang mengisahkan kegundahan seorang wanita ketika lelakinya diusik oleh seseorang dari masa lalu, dan Stuck with You (Christina Juzwar) yang menceritakan tentang dua orang yang awalnya terlihat saling antipati namun malah berakhir dengan saling dekat.
Mengenai judul buku ini sendiri, diambil dari salah satu cerita pendek di dalamnya yang ditulis oleh Ilana Tan. Namun sayangnya, saya malah tidak menyukai cerpen ini. Kenapa? Buat saya biasa-biasa saja. Cerita ini malah merupakan side story dari novelnya yang berjudul Autumn in Paris. Jujur buat saya, terkesan tidak niat. Hanya berupa cerita tentang Tara dan Tatsuya sedang berjalan-jalan, lalu Tatsuya menyadari bahwa dia memiliki perasaan istimewa kepada Tara. Cerita yang manis namun sayangnya bagi saya, ceritanya meaningless. 😦
Menurut saya, buku kumpulan cerita pendek yang menjadi proyek amal untuk Dana Kemanusiaan Kompas ini mengasyikkan untuk dibaca. Ceritanya manis, legit, pahit di beberapa bagian, juga seru. Pelbagai pergumulan tentang cinta, suka duka ketika mulai menjatuhkan hati kepada seseorang, atau perasaan cemburu ketika belahan jiwa kita sedang diusik oleh yang lain. Pengalaman yang menarik membaca kumpulan cerpen dari para penulis dan editor GPU. 🙂
Aku baru aja selesai baca novel ini. ga nyangka sekali baca langsung habis ke-13 cerpennya.hhe.
Hemm.. u/yg Autumn Once more-nya kak ilana tan, iya sih, mungkin buat yg blm baca tetralogi musim-nya akan berpikir bahwa ceritanya agak meaningless dan emang hanya menceritakan tatsuya yg baru menyadari dia suka sama Tara. Atau bagi yg udh baca pun, mungkin bakal komentar kurang greget juga. Tapi, berhubung aku fans berat kak ilana Tan, jadi bagiku asik2 aja.haha.
Nah, nah, aku juga sama nih, suka sama Love is a verb dan Her Footprints on His Heart. ga nyangka bakalan tersentuh sama kisahnya. Apalagi di Love is a verb yg bagian Timal abis nyusul ke apartemennya Rangga dan ketemu pas hujan2 itu. *so sweet sekali*
oya, aku juga suka yang Perkara Bulu mata (Nina Addison). Kocak kalo boleh dibilang.
Wah, maaf komennya kepanjangany. ini itung2 share pendapatku mengenai buku ini, semoga ga keberatan 🙂
Wuahahaa.. iya makasih banget sudah berbagi pendapatnya. He eh aku suka cerpennya, tapi kalau udah yang mulai puitis2 di cerpen2 terakhir itu kurang enjoy aja. Hehe.